Sabtu, 07 Mei 2011
Masjid Suci Sepanjang Sejarah Islam
Masjidil Haram adalah Masjid Suci sepanjang sejarah Islam. Di sinilah ibadah haji dan umrah dipusatkan, terutama thawaf mengelilingi Ka'bah. Masjidil Haram berada di kota Suci Makkah, kota yang dihormati karena keberadaan Ka'bah—rumah pertama yang dijadikan pusat penyembahan kepada Allah SWT.
Dari Abu Dzar ra, ia berkata, "Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun?' Beliau menjawab, ‘Masjidil Haram'. Aku bertanya, 'Kemudian (masjid) mana?' Beliau menjawab, 'Kemudian Masjidil Aqsha'. Aku bertanya lagi, 'Berapa jarak antara keduanya?' Beliau menjawab, “Empat puluh tahun. Kemudian dimana pun shalat menjumpaimu setelah itu, maka shalatlah, karena keutamaan ada padanya.” (HR Bukhari-Muslim)
Di dalam Masjidil Haram terdapat Ka'bah yang menjadi arah kiblat umat Islam pada waktu shalat. Masjid ini mula-mula dibangun secara permanen oleh Khalifah Umar bin Al-Khattab pada tahun 638 M.
Pada masa kekuasaan Abdurahman bin Zubair yang memerintah wilayah Hijaz, bangunan Ka'bah dibuat sebagaimana hadits Nabi saw tentang pondasi Nabi Ibrahim. Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa wilayah Syam, Ka'bah terbakar akibat tembakan pelontar (Manjaniq) yang dimiliki pasukan Syam.
Sehingga Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka'bah berdasarkan bangunan hasil renovasi Rasulullah saw pada usia 30 tahun, bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim as. Dalam sejarahnya Ka'bah beberapa kali mengalami kerusakan akibat peperangan dan usia bangunannya.
Pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, penguasa Daulah Abbasiyyah, ia berencana untuk merenovasi kembali Ka'bah sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi saw. Namun niat tersebut dicegah oleh Imam Malik, salah seorang ulama terkemuka, karena dikhawatirkan bangunan suci itu nanti dijadikan masalah khilafiyah oleh penguasa sesudahnya dan bisa mengakibatkan bongkar pasang Ka'bah. Maka sampai sekarang ini bangunan Ka'bah tetap sesuai dengan renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan.
Dari masa-ke masa Masjidil Haram selalu mengalami pembaharuan dan perluasan yang diprakarsai oleh khalifah-khalifah Islam yang memberi perhatian terhadap Masjidil Haram. Pembangunan besar-besaran dalam sejarah diprakarsai oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz yang bergelar "Pelayan Dua Kota Suci Makkah dan Madinah".
Saat ini luas Masjidil Haram 366.000 meter persegi dan dapat menampung 914.000 jamaah dalam satu waktu shalat berjamaah. Masjid ini melingkari Ka'bah, maka pintunya banyak. Ada 4 pintu utama dan 45 pintu biasa yang biasanya buka 24 jam sehari.
Di era modern ini, Kota Suci Makkah terus berbenah. Demikian pula kondisi di sekitar Masjidil Haram saat ini. Begitu banyak gedung-gedung pencakar langit yang mengelilingi Masjidil Haram. Dan kini, Masjidil Haram pun seperti dikepung oleh hutan beton yang menantang langit. Pembangunan Makkah sepertinya dikebut untuk mengantisipasi kian membludaknya jamaah, baik haji atau umroh, yang datang ke Makkah setiap tahunnya. Kini diperkirakan sebanyak 2,5 juta orang mengikuti ritual suci tersebut.
Saking pesatnya pembangunan di sekitar Masjidil Haram, jamaah kadang heran dan takjub. Bahkan tak jarang jamaah haji atau umroh yang bingung dan tersesat mencari jalan menuju Masjidil Haram dan ketika kembali ke penginapan.
Walau demikian, modernitas dan pesatnya pembangunan Masjidil Haram maupun sekitarnya, tak mengurangi keutamaan beribadah di tempat suci ini. Masjidil Haram memiliki banyak sekali keistimewaan, antara lain shalat di masjid ini lebih utama daripada shalat seratus ribu kali di masjid lain. Begitupun berdzikir, berdoa, bersedekah dan beramal saleh lainnya.
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Dari Nabi Saw, beliau bersabda, 'Tidak boleh bersusah-payah bepergian, kecuali ke tiga masjid, (yaitu) Masjidil Haram, Masjid Rasulullah Nabawi, dan Masjidil Aqsha.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Di dalam Masjidil Haram terdapat Hajar Aswad, batu hitam yang dalam agama Islam dipercaya berasal dari surga. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad di dekat Ka'bah adalah Nabi Ibrahim as. Batu ini memiliki aroma wangi yang unik, aroma alami yang dimilikinya sejak awal keberadaannya. Saat ini Hajar Aswad diletakkan di sisi luar Ka'bah sehingga mudah bagi jamaah yang ingin menciumnya.
Di kompleks Masjidil Haram juga terdapat Maqam Ibrahim. Tempat ini bukanlah kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dikatakan sebagian orang. Maqam Ibrahim merupakan bangunan kecil yang terletak di sebelah timur Ka'bah. Di dalam bangunan tersebut terdapat batu di mana Nabi Ibrahim berpijak saat beliau membangun Ka'bah bersama sama puteranya Nabi Ismail.
Selain itu, di dalam Masjidil Haram juga terdapat Multazam, yang terletak antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah yang berjarak kurang lebih dua meter. Dinamakan Multazam karena dilazimkan bagi setiap Muslim untuk berdoa di tempat ini. Setiap doa yang dibacakan di Multazam, Insya Allah, akan diijabah atau dikabulkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar